Minggu, 13 Mei 2012

Sajian Kuliner Tradisional Nan Inovatif Dari Aspartan Manjakan Pengunjung


Tidak kurang dari 20 stan berdiri berjejer di city walk Jl Slamet Riyadi depan Stadion R Maladi Sriwedari, Solo, Minggu (13/5/2012) pagi. Stan beratap tenda itu menaungi para pedagang yang menyajikan berbagai jenis makanan. Banyak di antaranya merupakan makanan tradisional yang sudah mulai sulit dicari.

Sate kere, balung kethek, tengkleng sapi, bakso jamur, hanyalah beberapa jenis makanan yang disajikan para pedagang, yang dari tulisan di atas tenda bisa diketahui merupakan anggota Asosiasi Pasar Tani (Aspartan) itu. Ya, bazar itu memang digelar oleh Aspartan dengan tujuan mempromosikan kembali makanan tradisional atau makanan lain hasil kreasi bahan-bahan alami dan hasil bumi.

Pantauan Solopos.com, Minggu pagi, pengunjung bazar tersebut cukup ramai. Hampir setiap stan disesaki pengunjung. Salah satu pengunjung, Haryanto mengatakan beberapa makanan yang disajikan cukup membuat penasaran sehingga dirinya tergoda untuk mencobanya.

“Seperti tengkleng sapi ini. Biasanya tengkleng kan dari kambing. Tapi ini diganti sapi,” katanya, saat dijumpai Espos, di salah satu stan.

Makanan lain yang juga cukup menarik perhatian pengunjung adalah balung kethek yang dikreasi dengan bumbu super pedas. Pembuat balung kethek tersebut Aji Mujiono, 42, mengaku sengaja mengkreasi resep pedas balung kethek itu untuk menghadapi gempuran snack pedas dari luar, seperti keripik pedas Ma’Icih dan sejenisnya yang berpotensi menggeser camilan lokal.

Terpisah, Site Manager Aspartan, Isa Ansori mengatakan bazar yang diadakan setiap Minggu pagi itu sebenarnya merupakan ajang promosi produk-produk anggota Aspartan. Dimulai sebulan lalu, awalnya hanya diikuti tujuh pedagang. Tapi sekarang jumlahnya sudah meningkat jadi 20 pedagang dengan jenis makanan yang berbeda-beda.

“Salah satu syarat untuk bisa ikut bazar ini memang harus menyajikan produk makanan tradisional atau kreasi sendiri, dari bahan alami tanpa pengawet dan tidak boleh sama dengan pedagang lain,” jelas Isa.
Isa menambahkan acara itu juga hanya awalan untuk sebuah cita-cita, yakni memiliki stan penjualan tetap alias permanen. Tapi pihaknya masih kesulitan mencari tempat dan berharap Pemkot Solo bisa membantu. “Kami ingin menunjukkan bahwa meskipun Solo minim lahan pertanian, warganya tetap bisa mandiri dalam hal produk makanan,” ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar